Hari Pustakawan Indonesia

REFLEKSI HARI PUSTAKAWAN 6 JULI

(Hijrana) 

Pustakawan identik dengan seseorang yang menjaga buku, bahkan pandangan ini menjadi opini publik. Jika ada yang berfikir bahwa pustakawan hanyalah seorang penjaga buku, maka pemikiran itu tidaklah tepat karena perpustakaan merupakan pusat peradaban dan perubahan. Pustakawan bukanlah seorang yang sekedar menjaga buku akan tetapi mereka adalah pusat informasi (information center) yang mampu memberikan informasi kepada pemustaka (users)

Menjadi seorang pustakawan profesional adalah tuntutan bagi setiap pustakawan, khususnya di tanah air. Tentu menjadi seorang pustakawan seperti itu mewajibkan beberapa karakter dan kompetensi yang harus dimiliki. Karakter dan kompetensi tersebut telah diuraikan di UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, etika kepustakawanan, serta buku-buku teori dalam bidang ilmu perpustakaan. Namun terkadang teori dan penerapan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Perpustakaan tanpa seorang pustakawan seperti sebuah rumah tanpa tiang, karena pustakawan akan menjadi tiang bagi sebuah perpustakaan yang menyangga berdirinya sebuah perpustakaan yang kokoh. Sebagai tiang penyangga, tentu saja karakter dan kompetensi yang disebutkan di atas haruslah kuat. Sementara itu, perkembangan teknologi yang memang tidak dapat dipungkiri kecepatan dan kedinamisannya mengharuskan seorang pustakawan untuk mampu mengikuti kecepatan dan kedinamisan tersebut, bahkan pustakawan seharusnya dapat mengontrol secara penuh kondisi tersebut, karena memang pustakawan telah dikenal sebagai “agent of change“.

Perpustakaan seperti lautan yang ketika kita mampu menyelam pada kedalaman yang paling dalam maka kita akan mampu menemukan mutiara bahkan harta karun terpendalam di dalamnya. Namun tidak sedikit juga perpustakaan yang masih terkesan sebagai “gudang penyimpanan” buku-buku saja. Tentu pemahaman seperti ini perlu diluruskan, dan yang harus meluruskan ialah para pekerja informasi tersebut, yakni pustakawan. Memang akan terasa kurang lengkap jika seseorang berbicara tentang perpustakaan tanpa membicarakan pustakawan itu sendiri. Oleh karena itu, perpustakaan adalah pustakawannya.

Di ulang tahunnya yang ke 44 ini, setiap perpustakaan harus dikelola oleh orang-orang yang berkarakter dan berkompetensi yang mumpuni. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa profesi pustakawan sejak awal pendiriannya hingga saat ini masih dalam proses “berjuang” untuk dapat dikenal dan diterima oleh masyarakat. Tentu saja perlu usaha keras dari setiap perpustakaan, khususnya asosiasi atau organisasi-organisasi profesi dan ilmiah yang ada saat ini demi meraih cita-cita yakni perpustakaan hadir untuk masyarakat. Selamat Hari Perpustakaan 6 Juli 2017.

Jayalah Terus Kepustakawanan. Peradaban Dimulai dari Perpustakaan

Pustakawan Prima Perpustakaan UIN Alauddin Makassar

Perpustakaan Pusat UIN Alauddin Makassar yang hampir setiap hari kerja ramai dikunjungi civitas kampus selalu memberikan layanan prima kepada para pengunjungnya. Salah satu bagian yang cukup sibuk di perpustakaan ini ialah pada layanan sirkulasi. Layanan sirkulasi merupakan layanan di mana pemustaka dan pustakawan melakukan transaksi peminjaman dan pengembalian koleksi perpustakaan. Mungkin dapat dikatakan, hampir setiap detik pustakawan/petugas di bagian ini disibukkan dengan melayani pemustaka. Sebagai contoh Fatmawati (gambar kiri), seorang pustakawan yang telah puluhan tahun bekerja di perpustakaan ini selalu memberikan layanan prima kepada siapa saja pemustaka yang dilayaninya.

Layanan sirkulasi memberikan andil besar terhadap kesan dan pesan yang dapat diberikan oleh para pemustakan terhadap perpustakaan. Bagaimana tidak, ini dikarenakan pada layanan inilah banyak terjadi interaksi langsung antara pustakawan dan pemustaka. Ketika pemustaka merasa senang akan layanan yang diberikan, maka itu akan berkesan positif terhadap mereka, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, pustakawan yang ditempatkan pada bagian ini haruslah pustakawan yang memiliki keterampilan khusus dalam memberikan layanan prima kepada para pemustaka. Semoga seluruh pustakawan yang ada di tanah air dapat memberikan layanan prima.

 

Repositori UIN Alauddin

Repositori Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar telah dioperasikan sejak Maret 2016 lalu di Perpustakaan Pusat UIN Alauddin Makassar. Namun demikian, saat itu belum ada yang ditunjuk sebagai penanggung jawab repositori ini, yang ada hanyalah inisiatif yang besar dari beberapa orang di perpustakaan ini untuk membangun media yang dapat mengorganisasikan konten-konten ilmiah digital yang ada di kampus UIN Alauddin. Sejak awal dibangun dan dioperasikan, perpustakaan melibatkan tenaga-tenaga sukarelawan mahasiswa/i dari Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Alauddin.

Setahun sejak dioperasikan, repositori ini mendapat perhatian khusus dari pimpinan kampus. Melalui Wakil Rektor I Bidang Akademik, Prof. Mardan, M.Ag., akhirnya dibentuklah tim yang dapat bertanggung jawab dan mengorganisasikan karya-karya ilmiah civitas UIN Alauddin Makassar. Melalui SK yang ditandatangani oleh Rektor UIN Alauddin Makassar, dibentuklah Tim Repositori UIN Alauddin Makassar yang beranggotakan 5 orang alumni dari Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Alauddin yang memang telah terlatih untuk menjalankan amanah mulia ini.

Perpustakaan Pusat UIN Alauddin Makassar saat ini semakin meningkatkan layanannya, baik itu kepada seluruh civitas kampus, juga kepada masyarakat luas melalui repositori ini. Bersamaan dengan dibentuknya tim ini, Peraturan Rektor mengenai repositori juga diterbitkan. Salah satu poin penting yaitu bahwa setiap alumni program D3, S1, S2, dan S3 UIN Alauddin Makassar wajib untuk memasukkan karya tulis mereka ke dalam repositori ini. Ini merupakan hal yang baru dan sangat bermanfaat, artinya karya-karya tersebut setelah dimasukkan ke dalam repositori kampus ia dapat langsung diakses seluas-luasnya oleh siapa saja.

 

Pelatihan Jurnal Online UIN Alauddin Makassar

Jurnal Ilmiah ialah terbitan berkala yang biasanya banyak dipublikasi di lembaga-lembaga perguruan tinggi. Jurnal ilmiah ini menghimpun karya-karya tulis ilmiah sesuai dengan kajian keilmuannya masing-masing. Biasanya ada jurnal ilmiah yang terbit tiap bulan, dua kali setahun, tiga kali setahun, empat kali setahun, atau ada juga yang terbit sekali setahun. Di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, terdapat 62 jurnal ilmiah yang hampir semuanya terbit dua kali setahun, di bulan Juni dan Desember (semua jurnal tersebut dapat diakses melalui http://journal.uin-alauddin.ac.id). Jurnal-jurnal tersebut diterbitkan oleh tiap-tiap Jurusan, Fakultas, Pascasarjana, ataupun lembaga-lembaga yang ada di UIN Alauddin Makassar. Melihat tidak sedikitnya jurnal yang diterbitkan di dalam kampus ini, maka pimpinan kampus membentuk sebuah Tim Pengelola Jurnal Online UIN Alauddin Makassar sejak Februari 2017 yang saat ini berkantor di lantai 3 Gedung UPT Perpustakaan Pusat UIN Alauddin Makassar.

Tugas pokok dari tim ini ialah mendampingi seluruh pengelola jurnal yang ada di kampus ini, yakni dengan saling berbagi pengalaman mengenai tata kelola jurnal, khususnya yang berbasis elektronik. Tentu saja amanah ini tidak mudah, karena memang mengelola sebuah jurnal ilmiah itu tidak mudah. Namun, karena telah diamanahkan oleh pimpinan kampus, maka tim ini pun telah mulai bekerja sejak Februari lalu.

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan di antaranya yaitu mengadakan workshop tata kelola jurnal elektronik dengan OJS (Open Journal System) dasar dan lanjutan. Workshop ini sangat penting guna menguatkan pemahaman seluruh pengelola jurnal mengenai sistem tersebut. Dengan pemahaman yang solid, tentu saja pengelolaan jurnal-jurnal tersebut akan terlaksana secara profesional.

 

Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia 9

Tahun 2016 ini merupakan tahun bagi UPT Perpustakaan UIN Alauddin bersama-sama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) dalam menyelenggarakan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia 9 yang akan diadakan pada tangga 8 – 11 November 2016 ini di Hotel Singgasana Makassar. Ada hal yang baru dalam pelaksanaan KPDI9 di Makassar dibanding dengan KPDI-KPDI sebelumnya yaitu pada KPDI9 ini untuk pertama kalinya akan dibentuk kepengurusan Forum Perpustakaan Digital Indonesia (FPDI).

KPDI9 yang bertemakan “Perpustakaan Digital di era Digital Natives” nantinya akan dihadiri oleh banyak pemerhati, regulator, praktisi, akademisi, dan lain sebagainya yang akan memberikan kontribusi dalam perkembangan perpustakaan digital saat ini di tanah air. Sebagaimana yang mungkin dapat kita saksikan sekarang ini, memang telah banyak perpustakaan, baik kecil maupun besar, yang telah menyediakan koleksi-koleksi perpustakaan dalam bentuk digital. Ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi media informasi saat ini, dan juga pola pencarian informasi di masyarakat luas.

Sebagai lembaga yang ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggara, UPT Perpustakaan UIN Alauddin patut berbangga karena dengan melaksanakan kegiatan besar tahuna Perpusnas ini tentu akan menambah pengalaman dan wawasan, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan pengelolaan perpustakaan.

Semoga acara KPDI9 nanti berjalan dengan lancar… Mohon seluruh sivitas kampus UIN Alauddin khususnya, dan masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya agar mendukung dan mendoakan penyelenggaraan kegiatan ini.